Tampilkan postingan dengan label Makna Kata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makna Kata. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Desember 2009

Kata Original SKIF - Niju Hachi Ho?


Sebagai salah satu legenda hidup karate era moderen, nama Hirokazu Kanazawa telah diakui perannya dengan melebarkan sayap Shotokan diluar Jepang. Lewat organisasi yang didirikannya yaitu SKIF (Shotokan Karate International Federation), Kanazawa sukses membuat nama Shotokan berkibar di daratan Eropa, Amerika, Asia dan beberapa negara timur tengah. Kepopuleran SKIF bahkan bisa disandingkan dengan JKA yang sudah lebih dulu berdiri. Kini SKIF telah memiliki puluhan organisasi yang berafiliasi dibawahnya berikut jutaan anggota yang terus bertambah tiap tahunnya.

Sukses itu juga tidak lepas dari Kanazawa yang terus melakukan promosi dengan berbagai coaching clinic (seminar dan pelatihan) serta eksibisi yang terus dilakukannya diluar negeri. Nama Kanazawa sebagai salah satu praktisi karate paling berpotensi agaknya juga mempengaruhi popularitas SKIF. Tidak berlebihan, karena sejak dulu hingga sekarang Kanazawa telah diakui mempunyai kecerdasan yang berbeda dengan rekannya sesama instruktur JKA. Meski sudah tidak muda lagi, Kanazawa masih saja antusias dan inovatif dengan karate. Bahkan Kanazawa sekarang telah membuat gerakan kata baru diluar 26 kata Shotokan klasik.

Niju Hachi Ho adalah salah satu kata baru yang diperkenalkan Kanazawa dalam SKIF. Meski demikian, kabarnya Kanazawa sudah pernah memperlihatkan kata ini sekitar tahun 1996 silam saat berkunjung ke Italia. Namun ketika itu Kanazawa tidak mengajarkannya karena hanya bersifat eksibisi saja. Nama Niju Hachi Ho terdengar familiar? Tentu saja, karena mirip dengan kata Shotokan lainnya yaitu Niju Shi Ho. Secara garis besar keduanya ternyata sangat berbeda. Meski begitu beberapa gerakan Niju Shi Ho juga ada pada Niju Hachi Ho. Salah satunya adalah mawashi uke (tangkisan melingkar) dipadu dua pukulan yang sama persis dengan Niju Shi Ho. Saat ini Niju Hachi Ho sangat populer dikalangan anggota SKIF yang senior. Bahkan kata ini telah diakui dan digunakan SKIF sebagai salah satu kata yang dipertandingkan.

Jika Niju Shi Ho berarti 24 langkah, maka Niju Hachi Ho berarti 28 langkah (Shi = 4, Hachi = 8). Meski menyandang nama “28”, gerakan kata ini tampil lebih panjang dan berat. Di salah satu newsletter terbitan SKIF disebutkan bahwa Niju Hachi Ho dikembangkan dari teknik Cina Bangau Putih yang juga populer di Okinawa. Selanjutnya dijelaskan juga bentuk yang dilatih dalam SKIF sedikit berbeda dengan versi Shito-ryu yang bernama Nipaipo. Sayangnya dalam newsletter itu tidak dijelaskan hubungan antara Nipaipo dan Niju Hachi Ho. Hal menarik lainnya, beberapa teknik Niju Hachi Ho juga mirip dengan kata Hakkaku. Kata yang terinspirasi langsung dari gaya burung bangau ini memang sangat jarang terdengar. Konon Kenwa Mabuni (Shito-ryu) mempelajarinya dari orang Cina bernama Go Kenki.




Tidak diragukan lagi dalam Niju Hachi Ho mayoritas tekniknya bukan berasal dari Shotokan. Anda akan menemukan gerakan dari kata Nipaipo dan Kururunfa milik Shito-ryu. Selain itu kuda-kuda mirip pegulat sumo (shiko dachi) yang banyak diaplikasikan kata Seienchin juga tampil disini. Sekedar informasi, bahwa dalam SKIF ternyata juga mengerjakan kata Seienchin dan Seipai diluar kata Shotokan yang standar. Informasi ini cukup mengejutkan memang, namun melihat gaya Kanazawa yang suka keluar masuk dojo karate aliran lain, hal ini dapat dimaklumi. Hal itu terungkap dari wawancara yang dilakukan dengannya. Dari situ Kanazawa tampaknya mengadopsi beberapa kata aliran lain dan disesuaikan dalam organisasinya.

Mungkin sebagian dari Anda telah mengetahui bahwa Kanazawa juga sudah lama mempelajari Tai Chi. Dalam beberapa tulisan di buku dan wawancara dengannya, Kanazawa menjelaskan betapa banyak manfaat Tai Chi yang diperolehnya (terutama teknik pernapasan). Hal inilah yang kemudian diimplementasikan Kanazawa dalam Niju Hachi Ho. Gerakan tangan yang lembut dipadu dengan pernapasan akan sangat kentara di tengah-tengah kata ini. Meski terbilang unik atau aneh, bentuk gerakan seperti ini sebetulnya bukanlah hal baru. Kita ambil contoh kata Unsu Shotokan, jika Anda cukup jeli sebenarnya ada teknik “lembut” mirip Tai Chi yang ditampilkan perguruan karate yang berafiliasi dengan SKIF.

SKIF menggolongkan Niju Hachi Ho benar-benar sebagai kata tingkat lanjut. Sebab dari tekniknya kata ini bervariasi baik kuda-kuda, perputaran tubuh, teknik bertahan dan menyerang balik ke sasaran yang berbeda. Dari segi resikonya, SKIF menyatakan Niju Hachi Ho sangat berbahaya digunakan untuk pertarungan sebenarnya. Bahkan SKIF menjelaskan kata ini sudah cukup berbahaya walau hanya digunakan dalam latihan aplikasi (bunkai). Argumen itu sebenarnya kurang tepat, karena jika dipikirkan semua kata tingkat lanjut (bukan hanya Shotokan) mayoritas memuat teknik yang berbahaya jika dipelajari pemula.

Tahun 2005 Kanazawa dan Rising Sun Productions meluncurkan sebuah DVD karate. Salah satunya berjudul “Mastering Karate”, dimana dalam video itu Kanazawa melibatkan anaknya yaitu Nobuaki Kanazawa dan beberapa instruktur senior SKIF lainnya memperagakan kihon dan kumite. Selain itu gerakan kata dari SKIF termasuk Niju Hachi Ho juga ditampilkan oleh Hirokazu Kanazawa berikut aplikasinya.

Walaupun banyak yang antusias dengan dirilisnya DVD itu, namun ada juga yang mengkritiknya. Salah satunya adalah harga yang dinilai terlalu mahal untuk sebuah DVD karate dengan isi yang tidak lebih dari sebuah upgrade yaitu kata Niju Hachi Ho. Namun bagi mereka yang mengidolakan Kanazawa (mungkin Anda juga) mempelajari kata yang diciptakan oleh sang maestro ini sebetulnya bukanlah hal buruk. Namun karena Niju Hachi Ho tidak dapat digunakan dalam turnamen resmi WKF, tentu sudah menjadi alasan cukup untuk tidak mempelajarinya.

Seperti Bulan Separuh


Anda pernah berlatih Hangetsu ? Kata ini dalam Shotokan tampaknya tidak begitu populer dibandingkan kata yang lain. Paling tidak (hingga saat ini) kecuali saat latihan di dojo, sangat jarang dari praktisi Shotokan yang menampilkannya dalam turnamen. Namun Hangetsu bisa dibilang kata yang cukup unik baik dari sisi historis maupun tekniknya.


Hangetsu adalah salah satu dari 15 kata yang dibawa oleh Gichin Funakoshi saat memperkenalkan karate ke Jepang. Hangetsu adalah kata yang sangat tua bahkan ketika di Okinawa. Nama Hangetsu sendiri berarti bulan separuh, dimana nama ini berasal dari dua huruf kanji yang membentuknya. Huruf kanji “han” berarti setengah atau separuh sedangkan huruf kanji “getsu” berarti bulan. Nama Hangetsu diberikan Funakoshi setelah dirinya melihat teknik tangan setengah melingkar pada kata ini.

Menurut legenda kata ini berasal dari tarian tradisional Cina, namun ada pula yang menyebutkan kata ini murni dari teknik bela diri Cina. Hangetsu nama aslinya adalah Seisan/Seishan yang berarti 13. Sampai kini masih ada yang tetap mempertahankan nama Seisan seperti Goju-ryu dan Seishan seperti Wado-ryu. Terkesan tidak ada bedanya bukan ? Namun itulah kenyataannya. Funakoshi dalam buku Renten Goshin Karate Jutsu bahkan menyebutnya dengan Sehshan. Mungkinkah Funakoshi keliru lafal dan tulisannya ? Tidak bisa dipastikan, namun banyak yang menduga Funakoshi merujuk pada nama yang digunakan Wado-ryu yaitu Seishan.

Ada pula teori yang menyebutkan asal Hangetsu setelah seorang ahli bela diri Cina bernama Seisan/Seishan menunjukkan kebolehannya di Okinawa. Namun karena tidak didukung bukti literatur yang kuat, maka teori ini tidak banyak yang menerima. Diduga awal kemunculannya kata ini di daerah Naha. Namun tahun 1867 Arakaki Seisho pernah mendemonstrasikan kata ini di hadapan sekelompok prajurit Cina. Seperti umumnya teknik dari Naha, Seisan/Seishan tampil dengan berbagai teknik pernapasan.

Dibandingkan kata Shotokan lainnya yang didominasi teknik cepat dan variasi lompatan, Hangetsu tampil sebaliknya. Variasi pernapasan disertai gerakan yang lambat pada awal kata ini adalah teknik yang sangat jarang dalam kata Shotokan. Tampaknya latihan hara (perut) sangat diutamakan dalam kata ini. Sekilas sangat mirip dengan kata Sanchin dari Goju-ryu.

Dapat disimpulkan adanya teknik pernapasan ini menunjukkan bahwa kata ini bukan kata Shotokan yang orisinil. Contoh lainnya adalah Nijushiho dan Unsu yang didalamnya juga memuat teknik pernapasan walaupun hanya dua atau tiga gerakan. Dan memang benar keduanya bukan milik Shotokan, melainkan Shito-ryu yang memegang versi asli kata ini. Versi milik Shotokan tampaknya telah mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan teknik-teknik dalam aliran ini.

Walau banyak perdebatan disana – sini (bahkan hingga saat ini) berkaitan sumber kata ini, tidak dapat dipungkiri bahwa Hangetsu telah menjadi salah satu kata dalam Shotokan.

Menembus Benteng



Bagi Anda yang yang fokus berlatih kata tentu tidak asing Bassai Dai. Kata ini mempunyai banyak versi dan empat besar aliran karate di Jepang – Shoto, Wado, Goju, Shito – mempunyai versi yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan huruf kanjinya kata ini mempunyai makna menembus benteng, namun ada juga yang mengartikan mengalahkan lawan dengan mencari titik lemahnya. Mengapa bahasan kali ini mengambil Bassai Dai, tidak mengambil kata lain yang punya tingkatan kesulitan lebih tinggi ? Ternyata, Bassai Dai adalah kata yang mempunyai nilai historis yang unik.

Bassai Dai nama aslinya adalah Passai. Sedangkan asalnya kata ini tidak begitu jelas. Sama sulitnya dengan mencari tahu kebenaran sejarah dari karate itu sendiri yang pada akhirnya kita harus percaya pada cerita dan legenda. Namun ada beberapa teori yang menyatakan bahwa Bassai Dai bersumber dari kungfu Cina Tinju Singa (begitu kira-kira dalam bahasa Indonesia) yang terlihat dari teknik tangan terbuka dan teknik menjejak lantai. Sementara sumber lain menyatakan kata ini berasal dari kungfu Cina Tinju Macan Tutul yang tampak dari gerakan awal kata ini yaitu serangan dengan kuda-kuda menyilang. Nama singa dan macan tutul sendiri dalam dialek Mandarin adalah “Baoshi”, sementara dalam dialek Fuzhou diucapkan “Baasai”, sedang dalam dialek Quanzhou diucapkan dengan “Pausai”.

Di Okinawa sendiri perubahan dari Passai ini terlihat dari versi yang diperkenalkan oleh Sokon Matsumura – yang dipercaya sebagai tokoh sentral dari semua aliran karate saat ini, sekaligus yang memperkenalkan kata ini dengan Passai – dengan Oyadomori no Passai (setelah ahli karate Kokan Oyadomari memberi nama kata ini) dengan versi modifikasi yang diperkenalkan oleh Itosu yang juga guru dari Funakoshi ketika memperkenalkan karate ke sekolah-sekolah umum.

Versi Masumura terlihat begitu kental dengan teknik Cina sementara milik Oyadomari telah “diOkinawakan”, sedang milik Itosu adalah modifikasi dari keduanya. Termasuk munculnya Bassai Sho yang (diduga) merupakan hasil modifikasi Itosu. Saat membawa karate ke Jepang Gichin Funakoshi juga mengajarkan Bassai Dai dan Sho.

Orang-orang Okinawa sendiri tidak mempunyai definisi yang pasti dari Passai. Di kemudian hari saat Funakoshi mengubah nama kata Shotokan sebagai bentuk modernisasi karate, barulah kata ini mempunyai arti nama yang jelas berdasarkan huruf kanjinya. Makna “benteng” dan “menyingkirkan penghalang” muncul dari huruf kanji Bassai. Namun begitu secara keseluruhan, bentuk kata Bassai milik Shotokan tidak menunjukkan hubungan langsung dengan bentuk aslinya.

Fakta unik, tiga pukulan yama tsuki sebelum akhir kata ini membentuk mirip huruf kanji “gunung”. Hal ini sebenarnya biasa saja mengingat kata Shotokan yang lain seperti Hangetsu dan Jitte juga memuat posisi tubuh yang membentuk huruf kanji ini. Dan kata Shotokan jika diteliti lebih jauh dari embusennya membentuk huruf kanji juga. Contoh lain adalah Jion yang jika dilihat membentuk huruf kanji Budha. Dan memang Jion ada yang mengartikan nama biksu Budha atau nama kuil Budha (Bahkan di Jepang juga festival dengan nama Jion).

Shotokan saat ini melatih dua versi yaitu Dai dan Sho. Versi Bassai Sho lebih pendek dari versi Dai. Itosu memodifikasi kata Passai dan menghasilkan versi Sho. Yang lebih membingungkan lagi bahkan Bassai Sho ditulis sama dengan huruf Cina Ba Ji Xiao yang merupakan bagian dari Ba Ji Da (dari aliran kungfu Ba Ji Ch’uan). Jadi mungkinkan kedua kata ini sejak awalnya sudah berpasangan, dan bukan Itosu yang memodifikasinya ? tampaknya akan tetap menjadi misteri.

Kata Kankudai


Kanku dapat diterjemahkan sebagai melihat langit, atau menatap langit. Nama kata ini diambil dari gerakan pembukanya yang mengarahkan kedua tangan ke langit. Saat ini Kanku Dai sebagai salah satu kata wajib (shittei kata) Shotokan sesudah Jion. Kanku adalah kata yang sangat tua sekaligus kata dengan banyak versi. Kata ini juga mempunyai sejarah yang unik. Menurut legenda, nama Kanku diambil dari nama atase militer Cina bernama Kung Shiang Chung (dalam lafal Okinawa disebut dengan Ku Shan Ku) yang datang ke Okinawa.


Ketika
Funakoshi datang ke Jepang dia menghilangkan tiga huruf kanji Kung Shiang Chung tetapi mengucapkannya dalam lafal Jepang ko Sho Kun untuk menghilangkan kesan budaya Okinawa dan selanjutnya dapat diterima dalam budaya Jepang.

Ku Shan Ku yang selanjutnya dalam Shotokan disebut Kanku Dai. Kata dengan gerakan yang panjang ini adalah kata favorit dari Gichin Funakoshi. Dipilihnya Kanku Dai untuk demonstrasi bagi orang-orang Jepang di Butokukai tahun 1922. Sebagai hasilnya Makoto Gima pendiri Judo sangat tertarik dengan demonstrasi itu dan selanjutnya meminta Funakoshi menetap di Jepang dan mengajarinya teknik-teknik dasar.

Ta
hukah Anda ternyata untuk belajar Kanku Dai ada beberapa kata wajib yang harus Anda pelajari dulu ? Untuk belajar kata ini seorang karateka setidaknya sudah menguasai seluruh kata Heian (Heian 1 – 5), Tekki Shodan dan Bassai Dai. Dalam Kanku Dai ada begitu banyak variasi teknik mulai dari gerakan peregangan, mengerut, cepat, lambat dan bahkan gerakan merunduk. Kanku Dai dikerjakan seolah-olah menghadapi lawan dalam jumlah yang banyak.

Selain Shotokan, aliran-aliran karate di Jepang juga memasukkan kata yang populer ini dalam kurikulum mereka. Namun dengan nama dan variasi gerakan yang sedikit berbeda pula. Shito Ryu menyebut kata ini dengan Ko Sho kun, Goju
Ryu dan Wado Ryu menyebut dengan Ku Shan Ku, sementara Kyokushinkai menyebut dengan Kanku. Barangkali yang membedakan antara versi Shotokan dengan yang lain adalah adanya teknik lompatan sebelum akhir kata ini.
Sebagai pasangan dari Kanku Dai dalam versi Shotokan ada pula Kanku Sho. Kata ini termasuk jenis kata pilihan.