Selasa, 22 Desember 2009

Padepokan, Dojo, Dao Chang, Dojang


Setiap perguruan beladiri di manapun, pasti memerlukan tempat berlatih. Apakah beladiri tersebut bersifat tradisional atau diajarkan di kalangan tertentu, keluarga misalnya, maupun modern yang bisa dipelajari masyarakat umum.

Tempat berlatih tersebut bervariasi dari segi ukuran. Luas tempat dan perlengkapan disesuaikan menurut keperluan masing-masing pengguna atau pemilik tempat latihan. Dari yang sangat tradisional, berupa bangunan sederhana yang bisa digunakan oleh empat hingga enam orang, hingga sebuah bangunan besar yang mampu menampung ratusan orang.

Tempat berlatih beladiri ini di Indonesia dinamakan Padepokan, sementara di Jepang bernama Dojo, sedangkan di China disebut Dao Chang dan di Korea dinamakan Dojang.

Apapun namanya yang jelas wahana latihan ini awalnya merupakan tempat para ahli beladiri menempa diri, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Tempat tersebut dibuat sedemikian rupa agar bersuasana sakral. Sehingga usai latihan, dapat diteruskan dengan kegiatan peribadatan.

Lazimnya, setiap tempat latihan memiliki tata cara dan tradisi yang khas. Penataan ruang dalam (interior) seringkali dirancang sesuai kepentingan pemilik. Tempo dulu, banyak ahli beladiri menjadikan tempat tinggalnya sekaligus sebagai tempat latihan.

Arsitektur tempat latihan sangat beragam. Umumnya selalu ada ruang utama untuk latihan dan ada tempat khusus untuk menyimpan panji-panji dan tanda kebesaran perguruan. Jika berupa ruangan, di ruang itu juga dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan ibadah, meditasi atau perenungan.

Elemen yang ada dalam sebuah tempat latihan tradisional umumnya berupa pintu, gapura atau gerbang yang di bagian atas dipasang tanda atau tulisan identitas perguruan. Di Jepang, fungsi gerbang ini sangat penting, karena penampilan sebuah gerbang menunjukkan peringkat atau kelas sebuah perguruan.

Abad 17 hingga 19, ukuran papan nama sebuah perguruan ditentukan akreditasinya oleh pemerintah Jepang. Sementara di China, papan nama perguruan adalah harga diri, sehingga jika papan nama ini dirusak oleh orang lain, merupakan penghinaan besar.

Elemen lainnya adalah penghubung ke masa lalu, yaitu berupa barang-barang peninggalan pendiri perguruan, antara lain gambar, foto, dokumen, buku, peta, silsilah, lambang-lambang perguruan dan lainnya lagi.

Semua barang berharga itu disimpan dan ditata dengan baik sehingga para penerus atau murid dapat mengingat para sesepuh dan diharapkan dapat memelihara rasa hormat kepada pendahulu.

Di Hombu Dojo Kodokan Judo yang merupakan dojo modern, benda-benda peninggalan Jigoro Kano, sang pendiri, tetap disimpan dan dirawat. Bahkan di satu sisi depan aula latihan yang luas, satu set kursi dan meja yang biasanya digunakan Kano duduk memperhatikan muridnya berlatih ditempatkan dalam ruang kaca.

Saat ini tempat latihan beladiri sudah banyak mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Sekarang yang namanya Padepokan, Dojo, Dao Chang, Dojang, sudah dilengkapi dengan fasilitas modern. Bahkan di Amerika dan Eropa sudah umum jika sebuah tempat latihan beladiri memiliki fasilitas tambahan berupa ruang kebugaran, kolam renang dan tempat mandi uap (spa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar